Friday, November 25, 2011

Banyak yang Terjangkit HIV/AIDS, Karyawan di Jakarta Panik


Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta menyebut, kalangan tenaga non profesional/karyawan menempati urutan tertinggi pengidap HIV/AIDS di DKI Jakarta. Kendati demikian, kondisi seperti ini tak lantas membuat para pekerja cemas terlalu berlebihan.

Julia (26), perempuan yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jalan Kebon Sirih Raya, Jakarta Pusat ini mengatakan rasa cemas tentu ada tapi tentunya tidak boleh menghalagni kita untuk tetap bersosialisasi dengan orang lain.

"Jaga-jaga harus tapi nggak worried banget lah," kata perempuan asal Malang ini kepada okezone, Jumat (25/11/2011).

Dia meyakini, itu hanya dialami orang tertentu saja. Baginya, sekalipun mengetahui orang terdekat ada yang terkena virus HIV Aids bukan jadi menghindar. "Kalau tidak macam-macam nggak mungkin terjangkit," ungkapnya.

Perempuan berambut panjang ini mengaku memang tidak terlalu mengerti apa saja yang bisa membuat seseorang terkena virus mematikan tersebut. Yang dia tahu, harus bisa membatasi pergaulan dengan lawan jenis dan tidak menggunakan jarum suntik sembarangan.

"Yang saya tahu lewat transfusi darah bisa kena, jangan juga kita suka berganti pasangan dan melakukan seks bebas," cetusnya.

Dia meyakini, sebenarnya banyak orang yang mengerti tentang bahaya jika terkena Aids, tapi pengetahuan yang cukup tak lantas membuat orang untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa membawa virus HIV. Kebiasaan, membuat orang menyepelekan resiko.

"Mungkin kampanye juga kurang kali ya," paparnya.

Tak berbeda dengan Julia, Adheta Kulalain, juga merasa was-was mendengar banyaknya orang kantoran yang terjangkit virus HIV Aids. "Apalagi di usia produktif perempuan, sangat rentan dan harus waspada. macam-macam dikit bisa kena," ungkap perempuan yang bekerja di perusahaan event organizer ini.

Menurutnya perkembangan zaman dan teknologi sangat mempengaruhi prilaku seseorang untuk berbuat seks bebas sebagai salah satu sarana pembawa virus HIV Aids. Masyarakat tidak lagi tabu membicarakan hal-hal yang berbau seks.

"Kadang ini disalah artikan oleh orang untuk melakukan seks bebas yang tadinya tabu menjadi sebuah kebutuhan," cetusnya.

Kampanye anti AIDS, tambahnya juga kurang mengena. Mereka yang tahu hanya kalangan tertentu. Sementara, kalangan bawah yang juga sangat rentan terkena virus HIV tidak mengerti media apa yang bisa menebar virus HIV.

"Sebenarnya yang banyak kena itu justru nereka kalangan bawah yang tidak mengerti pencegahannya," pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, data Komisi Penanggulangan Aids Provinsi DKI Jakarta pada 2011 menyebutkan karyawan paling banyak terkena virus HIV/AIDS yakni sejumlah 283 orang.

Di posisi tertinggi kedua, lanjut Rohana, ditempati ibu rumah tangga sejumlah 147, disusul kaum wiraswasta sebanyak 139 pengidap HIV/AIDS. Sedangkan jumlah keseluruhan penderita HIV/AIDS DKI pada tahun ini hingga Juni 2011, sebanyak 1184 orang, dengan jumlah kumulatif terhitung dari tahun 1987 sebanyak 9784 kasus.