Kontak senjata antara polisi dengan kelompok bersenjata terjadi di penambangan emas Tayaga, Baya Biru, Distrik Bogobaida, Kabupaten Paniai, Papua, Sabtu 12 November 2011 kemarin pukul 07.30 WIT. Akibatnya, satu orang anggota kelompok sipil bersenjata pimpinan Salmon Yogi, tewas.
Juru Bicara Polda Papua Kombes Wachyono mengatakan, kontak senjata terjadi karena kelompok sipil bersenjata hendak menyerang areal tambang emas. “Mereka mau menyerang lokasi tambang, dan polisi berupaya menghalau. Namun kontak senjata tak terelakkan,” paparnya.
Wachyono kemudian membeberkan kronologi kejadian. Menurutnya, sebelum terjadi kontak senjata, 7 anggota Pos Polisi Baya Biru mengendap di sekitar Jembatan Tayaga sekitar pukul 05.00 WIT. “Polisi berjaga-jaga karena diperoleh informasi bahwa kelompok kriminal bersenjata pimpinan Salmon Yogi akan melakukan penyerangan ke lokasi tambang emas Baya Biru,” kata dia.
Kemudian sekitar pukul 07.30 WIT, lanjut Wachyono, kelompok kriminal bersenjata ternyata benar-benar datang ke lokasi tambang Baya Biru. Mereka kemudian dihadang oleh 7 anggota Pos Polisi Baya Biru yang dipimpin oleh Komandan Pos Polisi Bripka Kansai.
Kontak senjata pun tak terhindarkan. Satu orang dari kelompok sipil bersenjata tersebut tertembak dan jatuh ke sungai. “Identitas korban yang tertembak belum diketahui karena setelah jatuh ke sungai, jasadnya terbawa arus deras, dan hingga kini masih dalam pencarian,” jelas Wachyono.
Sehari sebelumnya, Jumat 11 November, kata Wachyono, pihak Tentara Pembebasan Nasional, Organisasi Papua Merdeka, menyurati pemilik lokasi tambang emas Tayaga, Boy Rakinaung. Surat itu berisi permintaan uang sebesar Rp40 juta yang harus dipenuhi sampai batas waktu 14 November 2011. Surat tersebut kemudian diserahkan ke Pos Polisi Baya Biru.
Korban Simpang Siur
Terkait beredarnya kabar bahwa korban tewas dalam kontak senjata tersebut sebanyak 8 orang, Wachyono menyatakan belum memperoleh data tersebut. “Laporan yang masuk ke saya, korban hanya seorang dari kelompok sipil bersenjata,” terangnya.
Sementara ini, ujarnya, anggota polisi yang bertugas di lokasi tambang emas Tayaga masih berjaga-jaga guna mengantisipasi kemungkinan adanya serangan balasan dari kelompok bersenjata akibat tewasnya anggota mereka itu. “Kami perintahkan seluruh anggota yang ada di sana untuk meningkatkan kewaspadaan,” ujar Wachyono.
Sementara salah seorang tokoh masyarakat Paniai, John Gobay, mengungkapkan bahwa informasi soal jumlah korban yang jatuh dalam kontak senjata itu, masih simpang-siur. “Saya dapat laporan, korban ada 8 orang, dan mereka semua tewas ditembak,” kata dia saat dihubungi lewat telpon.
Untuk memastikan jumlah korban, ujar Gobay, pemerintah bersama tokoh masyarakat dan tokoh agama harus segera membentuk tim investigasi yang independen guna mengusut insiden tersebut.
“Kasus ini harus diusut tuntas oleh tim independen. Pasalnya, polisi kerap mengambinghitamkan kelompok bersenjata OPM sebagai pemicu masalah. Padahal belum tentu mereka. Polisi juga terus menunjukkan kekuatannya di Paniai dengan menambah jumlah personel Brimob dari Jakarta, dan mengesankan seolah-olah situasi sedang genting,” kata Gobay.
Ia juga menyesalkan sikap aparat keamanan yang selalu melakukan pendekatan keamanan di Papua. “Kami orang Papua terus-menerus ditembaki aparat, seolah-olah kami tidak berarti dan tidak berharga,” ujar Gobay.
Sementara itu, ratusan warga di sekitar lokasi tambang Tayaga saat ini terpaksa mengungsi karena khawatir akan tejadi kontak senjata yang lebih besar lagi.
Juru Bicara Polda Papua Kombes Wachyono mengatakan, kontak senjata terjadi karena kelompok sipil bersenjata hendak menyerang areal tambang emas. “Mereka mau menyerang lokasi tambang, dan polisi berupaya menghalau. Namun kontak senjata tak terelakkan,” paparnya.
Wachyono kemudian membeberkan kronologi kejadian. Menurutnya, sebelum terjadi kontak senjata, 7 anggota Pos Polisi Baya Biru mengendap di sekitar Jembatan Tayaga sekitar pukul 05.00 WIT. “Polisi berjaga-jaga karena diperoleh informasi bahwa kelompok kriminal bersenjata pimpinan Salmon Yogi akan melakukan penyerangan ke lokasi tambang emas Baya Biru,” kata dia.
Kemudian sekitar pukul 07.30 WIT, lanjut Wachyono, kelompok kriminal bersenjata ternyata benar-benar datang ke lokasi tambang Baya Biru. Mereka kemudian dihadang oleh 7 anggota Pos Polisi Baya Biru yang dipimpin oleh Komandan Pos Polisi Bripka Kansai.
Kontak senjata pun tak terhindarkan. Satu orang dari kelompok sipil bersenjata tersebut tertembak dan jatuh ke sungai. “Identitas korban yang tertembak belum diketahui karena setelah jatuh ke sungai, jasadnya terbawa arus deras, dan hingga kini masih dalam pencarian,” jelas Wachyono.
Sehari sebelumnya, Jumat 11 November, kata Wachyono, pihak Tentara Pembebasan Nasional, Organisasi Papua Merdeka, menyurati pemilik lokasi tambang emas Tayaga, Boy Rakinaung. Surat itu berisi permintaan uang sebesar Rp40 juta yang harus dipenuhi sampai batas waktu 14 November 2011. Surat tersebut kemudian diserahkan ke Pos Polisi Baya Biru.
Korban Simpang Siur
Terkait beredarnya kabar bahwa korban tewas dalam kontak senjata tersebut sebanyak 8 orang, Wachyono menyatakan belum memperoleh data tersebut. “Laporan yang masuk ke saya, korban hanya seorang dari kelompok sipil bersenjata,” terangnya.
Sementara ini, ujarnya, anggota polisi yang bertugas di lokasi tambang emas Tayaga masih berjaga-jaga guna mengantisipasi kemungkinan adanya serangan balasan dari kelompok bersenjata akibat tewasnya anggota mereka itu. “Kami perintahkan seluruh anggota yang ada di sana untuk meningkatkan kewaspadaan,” ujar Wachyono.
Sementara salah seorang tokoh masyarakat Paniai, John Gobay, mengungkapkan bahwa informasi soal jumlah korban yang jatuh dalam kontak senjata itu, masih simpang-siur. “Saya dapat laporan, korban ada 8 orang, dan mereka semua tewas ditembak,” kata dia saat dihubungi lewat telpon.
Untuk memastikan jumlah korban, ujar Gobay, pemerintah bersama tokoh masyarakat dan tokoh agama harus segera membentuk tim investigasi yang independen guna mengusut insiden tersebut.
“Kasus ini harus diusut tuntas oleh tim independen. Pasalnya, polisi kerap mengambinghitamkan kelompok bersenjata OPM sebagai pemicu masalah. Padahal belum tentu mereka. Polisi juga terus menunjukkan kekuatannya di Paniai dengan menambah jumlah personel Brimob dari Jakarta, dan mengesankan seolah-olah situasi sedang genting,” kata Gobay.
Ia juga menyesalkan sikap aparat keamanan yang selalu melakukan pendekatan keamanan di Papua. “Kami orang Papua terus-menerus ditembaki aparat, seolah-olah kami tidak berarti dan tidak berharga,” ujar Gobay.
Sementara itu, ratusan warga di sekitar lokasi tambang Tayaga saat ini terpaksa mengungsi karena khawatir akan tejadi kontak senjata yang lebih besar lagi.